Umat Hindu di Bali hampir setiap hari melaksanakau berbagai yadnya. Salah satu di antara yadnya yang dilaksanakan terdapat upacara ngaben. Upacara ini diselenggarakan sebagai penghormatan keluarga kepada mendiang. Penghormatan dilakukan berdasarkan atas keyakinan bahwa orang yang meninggal atmanya tidak pernah mati, akan tetapi tetap hidup di alam yang tidak nyata. Di samping itu diyakini bahwa jika leluhurnya dalam keadaan babagia, beliau juga akan berusaha membantu membahagiakan keturunannya yang masih hidup. Upacara ngaben terutama di Desa Pakraman Munggu Tabanan tidak bisa dipisahkan dengau berbagai perlengkapan saraua upacarauya. Salah satu di antara saraua yang unik, yaitu pertunjukkau Barong Kadengk/eng. Barong ini selalu dipentaskan di desa pakraman ini ketika dilaksanakan ritual ngaben pada tingkatan madya ke atas. Bentuk seso/ahan Barong Kadengkleng dalam ritual ngaben disertai dengan daeng dari pihak keluarga mendiaug. Pertunjukkannya dilaksanakan sehari sebelum upacara ngaben dimu lai dari depan pintu masuk rumah mendiang kemudian dilanjutkan ke perbatasan jalan Desa Pakraman Munggu dan berakhlr di depan bale adat tempat jenazah disemayarnkan. Ditinjau dari fungsinya, sesolahan Barong Kadengkleng memiliki dua fungsi, yaitu fungsi religius dan fungsi pengawal. Dalam fungsi religius, yaitu setiap pertunjukkan Barong Kadengk/eng menggunakan sesajen dan hanya dipertunjukkan berkaitan dengan ritual ngaben, sedangkan dalam fungsinya sebagai pengawal, yaitu membantu menangkal dan mengawal pengembalian unsur-unsur pancamahabhuta dan atma ke asalnya.
CITATION STYLE
Sudarma, I. P. (2021). Sesolahan Barong Kadengkleng dalam Upacara Ngaben di Desa Pakraman Munggu, Desa Serampingan, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Mudra Jurnal Seni Budaya, 31(1). https://doi.org/10.31091/mudra.v31i1.244
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.