ABSTRAK Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Faktor penyebab masalah gizi buruh pada balita diduga berbeda antar wilayah sehingga dalam penelitian ini digunakan metode Spatial Error Model untuk mendapatkan faktor penyebab gizi buruk dengan mempertimbangkan pengaruh wilayah. Spatial Error Model merupakan model spasial error dimana pada error memiliki korelasi spasial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan balita gizi buruk di Jawa Timur pada tahun 2016. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Balita Gizi Buruk sebagai variabel dependen, Asupan asi eksklusif, Balita diberi vitamin A, Rumah sehat, Posyandu aktif, Ibu hamil mendapat 90 tablet FE, dan Penduduk miskin sebagai variabel independen. Matriks pembobot spasial yang digunakan adalah Queen Contiguity. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang signifikan mempengaruhi balita gizi buruk baik pada model regresi OLS adalah asupan asi eksklusif. Dari pemodelan regresi spasial didapatkan nilai R 2 maksimal dan AIC minimal (R 2 = 30,6% dan AIC = 483,26) pada Spatial Error Model yang lebih baik digunakan daripada metode Regresi Linier Berganda. Sehingga dapat dikatakan pemodelan lebih efektif dilakukan dengan menggunakan Spatial Error Model. ABSTRACT The nutritional status of toddlers is one of the most sensitive health indicators to determine the degree of public health in a country. Factors causing nutritional problems can vary between regions or between groups of people so that in this study used Spatial Error Model method to get the factors causing malnutrition in each region of East Java. Spatial Error Model is a spatial error model where in error there is spatial correlation. The purpose of this research is to know the factors that cause malnutrition of children under five years East Java Province in 2016. The variables used in this research are malnutrition as dependent variable, exclusive intake, children under five years given vitamin A, healthy house, active posyandu, Pregnant women get 90 FE tablets, and Poor people as independent variables. The results showed that the significant variables affecting malnutrition balita both on the OLS regression model is exclusive intake ation. From the spatial regression modeling it was found that the maximum R 2 and minimum AIC (R 2 = 30,6% and AIC = 483,26) in Spatial Error Model were better used than Multiple Linear Regression method. So that can be said more effective modeling done by using Spatial Error Model.
CITATION STYLE
Sulistyawan, E., & Mustika, R. (2019). Spasial Error Model untuk Balita Gizi Buruk DI di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016. Jurnal Riset Dan Aplikasi Matematika (JRAM), 3(1), 57. https://doi.org/10.26740/jram.v3n1.p57-63
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.