Interfaith marriage becomes polemic because it creates a debate between agreeing and disagreeing, but the impact of interfaith marriage is not only personal but also social and cultural. Is interfaith marriage allowed? Maybe some people say it's okay because marriage is sacred. But in fact, marriage is fun for people of different religions. The Religion Law number 1 of 1974 clearly states that people may marry the same religion, not different religions. However, interfaith marriage is the best solution without partner prayer. The purpose of this article is to introduce an understanding of interfaith marriage by Islam and Christianity, as well as how to reflect on theological ethics. Therefore, this research is qualitative in nature supported by books to see whether marriage is permissible in a particular religion. The result is Law number 1 of 1974 concerning marriage, which says that one must have the same faith. This interfaith marriage is not recommended. Marriage is not to destroy kinship; marriage should make you happy. Pernikahan beda agama menjadi polemik karena menimbulkan perdebatan antara setuju dan tidak setuju, tetapi dampak dari pernikahan beda agama tidak hanya secara pribadi tetapi juga sosial dan budaya. Apakah pernikahan beda agama diperbolehkan? Mungkin sebagian orang mengatakan tidak apa-apa, karena menikah itu sakral. Namun nyatanya menikah itu menyenangkan bagi yang berbeda agama. Undang-Undang Agama nomor 1 tahun 1974 dengan jelas menyatakan bahwa orang boleh menikah seagama, tidak boleh beda agama. Tetapi demikian, menikah beda agama merupakan solusi terbaik tanpa doa pasangan. Tujuan artikel ini adalah mengantar pemahaman pernikahan beda agama oleh Islam dan Kristen, serta bagaimana refleksi etis teologisnya. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif yang didukung oleh buku-buku untuk melihat diperbolehkan atau tidaknya perkawinan dalam suatu agama tertentu. Hasilnya Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan, dimana dikatakan bahwa harus seiman. Pernikahan beda agama ini tidak di rekomendasi. Menikah bukan untuk merusak hubungan kekerabatan, seharusnya pernikahan itu membuat bahagia.
CITATION STYLE
Togatorop, A. R. (2023). Perkawinan Beda Agama. Journal of Religious and Socio-Cultural, 4(1), 26–36. https://doi.org/10.46362/jrsc.v4i1.126
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.