Infus merupakan terapi kesehatan untuk menggantikan asupan makan atau cairan. Umumnya terapi infus diterapkan pada pasien yang menjalani rawat inap. Terapi infus memerlukan pemantauan dan pengawasan yang kontinyu oleh tenaga kesehatan. Masalah akan muncul jika dalam sebuah rumah sakit memiliki keterbatasan jumlah tenaga kesehatan sementara jumlah pasien sangat banyak. Keterlambatan penggantian infus atau macetnya tetesan infus dapat berakibat fatal bagi pasien. Untuk menghindari kejadian tersebut diperlukan teknologi tepat guna yang dapat memonitoring jumlah cairan infus. Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan monitoring cairan infus berbasis IoT. Sensor yang digunakan adalah sensor berat load cell yang dikonversi pada besaran volume. Alat ini memanfaatkan mikrokontroler ESP8266 yang memiliki modul wifi. Pemograman ESP8266 menggunakan Arduino IDE yang bersifat open source. Alat ini juga dilengkapi dengan LCD yang diletakkan pada tiang infus untuk menampilkan data cairan. Hasil monitoring dapat dipantau melalui smartphone melalui aplikasi telegram. Notifikasi akan masuk pada smartphone tenaga kesehatan jika level cairan infus berada pada level dibawah 50 ml. hasil pengukuran cairan infus memiliki rata-rata error 1,61 dengan error tertinggi adalah 3,5 dan error terendah adalah 0,3. Prosentase akurasi alat memiliki nilai paling rendah adalah 93%, paling tinggi adalah 99,91%, dan rata-rata prosentase akurasi adalah 98,65%.
CITATION STYLE
Muthmainnah, M., Hafid mansur, & Ninik Chamidah. (2023). Desain dan Pengembangan Monitoring Cairan Infus Berbasis Internet of Things (IoT) Telegram. JURNAL PENDIDIKAN MIPA, 13(3), 812–817. https://doi.org/10.37630/jpm.v13i3.1178
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.