Eksistensi Kesenian Masyarakat Transmigran Di Kabupaten Pringsewu Lampung Studi Kasus Kesenian Kuda Kepang Turonggo Mudo Putro Wijoyo

  • Primastri M
N/ACitations
Citations of this article
30Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Penelitian ini merupakan sebuah analisis deskriptif yang menggunakan pendekatan sosiologi dan antropologi untuk membedah tentang eksistensi kesenian masyarakat transmigran berupa kesenian kuda kepang di Kabupaten Pringsewu Lampung. Kesenian kuda kepang yang eksis di Kabupaten Pringsewu yaitu komunitas seni Turonggo Mudo Putro Wijoyo (TMPW).Eksistensi adalah adanya sebuah keberadaan yang tidak hanya sebagai sesuatu yang “diam” akan tetapi menjadi sesuatu yang aktif dan memiliki peran di dalam lingkungannya. Melalui kajian sinkronik, kesenian kuda kepang TMPW tetap eksis saat ini karena memiliki fungsi sebagai seni pertunjukan yang menghibur (presentasi estetis), memuat nilai-nilai budaya, serta dapat menjadi identitas orang Jawa di Pringsewu. Kajian sinkronik didukung oleh kajian diakronik, yaitu kemunculan kesenian kuda kepang TMPW merupakan hasil dari rangkaian sejarah berupa eksistensi orang-orang yang bertransmigrasi di Pringsewu, melalui tahap eksistensi yaitu eksistensi estetis, etis dan religius.Eksistensi kesenian kuda kepang TMPW tidak lepas dari faktor-faktor pendukungnya. Komunitas TMPW terus menunjukkan eksistensinya dengan melakukan inovasi pada segala aspek-aspek penunjang koreografi dengan menjaga otentisitas agar tidak hilang dan menjadi ciri khas. Sebuah seni pertunjukan bersifat stimulus bagi masyarakat tentu mendapatkan respons, berupa respons positif dan respons negative.   This research is a descriptive analysis using sociology approach to analysed about art existence of transmigrant society, that is kuda kepang in Pringsewu Regency of Lampung. Kuda kepang that exist in Pringsewu is Turonggo Mudo Putro Wijoyo (TMPW) community.Existence is the existence is not only as something "silent" but becomes something active and has a role in the environment. Synchronic studies, kuda kepang TMPW still exists because it has a function as an entertaining performing art (aesthetic presentation), contains cultural values, and can be a Javanese identity in Pringsewu. Synchronic studies are supported by diachronic studies, that is the emergence of kuda kepang TMPW is the result of a series of histories of the existence of people who transmigrated in Pringsewu, through the stage of existence of aesthetic, ethical and religious existence.The existence of kuda kepang TMPW is not separated from the supporting factors. The TMPW community continues to show its existence by innovating on all aspects of choreography support and to be kept authenticity not lost and become characteristic. The performing arts have the character of stimulus for the society of course get the response, that is positive response and negative response.

Cite

CITATION STYLE

APA

Primastri, M. D. (2017). Eksistensi Kesenian Masyarakat Transmigran Di Kabupaten Pringsewu Lampung Studi Kasus Kesenian Kuda Kepang Turonggo Mudo Putro Wijoyo. Joged, 10(2), 563–576. https://doi.org/10.24821/joged.v10i2.1889

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free