Abstrak Nahdlatul Ulama yang berdiri pada 31 Januari 1926 telah menegaskan sikap kebermazhabannya dalam berteologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dengan mengikuti al-Asy’ari dan al-Maturidi. Namun, hingga sekarang belum dijumpai kajian komprehensif mengenai argumentasi yang menjadi latar belakang keputusan teologis itu, padahal persoalan ini sangat urgen untuk dicari jawabannya. Setiap orang mengakui ketokohan, keulamaan, dan kepahlawanan KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Tulisan ini menjelaskan kiprah pendiri Pesantren Tebu Ireng dan sekaligus Bapak Pendiri Nahdlatul Ulama dalam mempertahankan Aswaja serta menganalisis motivasi yang melatarbelakanginya dengan menggunakan teori tentang motif tindakan menurut perspektif Weber. Dengan mengkaji karya-karyanya yang terhimpun dalam Irshad al-Sary fi Jam’ Mushannafat al-Shaykh Hasyim Asy’ari, dapat dinyatakan bahwa argumentasi KH Hasyim Asy’ari untuk memilih Aswaja adalah keyakinannya terhadap kebenaran Aswaja sebagai madzhab Islam yang paling selamat di antara madzhab-madzhab teologis lainnya, kedudukan Aswaja sebagai al-sawad al-a’zham (mazhab mayoritas umat Islam), dan pemahamannya bahwa mempertahankan Aswaja adalah kewajiban kaum Muslimin. Dengan demikian, motivasinya cenderung berlandaskan nilai-nilai keagamaan demi meraih tujuan sesuai idealisme normatif. Keberhasilan KH Hasyim Asy’ari dalam memperkokoh Aswaja
CITATION STYLE
Rofiq, A. C. (2017). ARGUMENTASI HASYIM ASY’ARI DALAM PENETAPAN AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH SEBAGAI TEOLOGI NAHDLATUL ULAMA. Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 5(1). https://doi.org/10.21274/kontem.2017.5.1.21-48
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.