Transmigrasi merupakan program dari pemerintah yang memindahkan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang masih sedikit atau belum ada penduduknya. Pada saat masyarakat transmigrasi baru beberapa tahun tinggal di desa tersebut, muncullah gejolak konflik antara kelompok GAM dengan Pemerintah Republik Indonesia, yang kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat transmigrasi dalam beradaptasi di wilayah transmigrasi, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori Adaptasi dari Usman Pelly dan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat transmigrasi di Desa Merah Mege memiliki apa yang disebut dengan misi budaya yang membuat mereka tetap bertahan di daerah yang sedang mengalami konflik, dan dalam beradaptasi pada masa konflik Aceh, masyarakat melakukan strategi adaptasi sebagai berikut: melakukan penjagaan bersama pada malam hari, kepemilikan senjata tajam dan rakitan, merubah aktivitas harian masyarakat transmigrasi, serta berkumpul dalam satu rumah yang sama untuk setiap lima keluarga. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat transmigrasi adalah perasaan takut dan khawatir saat berkerja karena takut bertemu dengan GAM, ketakutan akan hukuman dari TNI, ketakutan saat mendengar suara tembakan dan melihat mayat yang dibunuh oleh TNI dan GAM serta terkendalanya masyarakat transmigrasi dalam melakukan pekerjaan berkebun dan kegiatan sehari-hari
CITATION STYLE
Rohmah, N., Rangkuty, R. P., & Rizki, D. (2022). Adaptasi Masyarakat Transmigrasi pada Masa Konflik Aceh di Desa Merah Mege, Kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial, 7(2), 86. https://doi.org/10.29103/jsds.v1i2.5029
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.