Artikel ini mendiskusikan bagaimana pesantren memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dengan modernitas. Pesantren dengan modernitas adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pesantren direpresentasikan sebagai penjaga tradisi-tradisi luhur yang dimiliki oleh Indonesia, sementara kecenderungan modernitas menegasikan eksistensi dari tradisi-tradisi tersebut. Landasan filosofis inilah yang menjadi tujuan utama dari penulisan artikel inidengan mendemonstrasikan Pondok Pesantren DDI Mangkoso yang berlokasi di Sulawesi Selatan yang sukses mempertahankan tradisi dan pada saat yang bersamaan mampu berdialog dengan modernitas. Adapun jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah qualitatif. Dalam pengumpulan data, peneliti mempraktekkan triangulasi, observasi, wawancara dan pengumpulan dokumen-dokumen yang terkait dengan pesantren dan modernitas. Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pondok Pesantren DDI Mangkoso memiliki kapabilitas dan kompetensi dalam melakukan negosiasi dan dialog dengan arus globalisasi dan modernitas. Keberhasilan pesantren ini karena didukung oleh kreatifitas dan inovasi pesantren dalam menjembatani tradisi dan modernitas. Beberapa strategi yang dijabarkan dalam pesantren ini adalah mendefinisikan ulang makna modernitas, mengadopsi sistem pendidikan madrasah, pembinaan bahasa Inggris, serta pembentukan karakter kemandirian.
CITATION STYLE
Latif, M. (2019). PERGULATAN PESANTREN DENGAN MODERNITAS (Bercermin pada Pondok Pesantren DDI Mangkoso, Barru). Al-Qalam, 25(2), 379. https://doi.org/10.31969/alq.v25i2.768
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.