Batik merupakan karya seni tekstil yang perdagangannya sudah berjalan di Jawa Tengah pada awal abad ke-19. Meskipun batik identik dengan pakaian suku Jawa, akan tetapi para pengusaha batik saat itu banyak yang merupakan etnis Eropa, Arab, dan China serta memiliki motif khas masing-masing. Ramainya perdagangan batik menciptakan persaingan dagang yang kemudian melahirkan motif-motif batik baru yang menjadi ciri khas masing-masing pengusaha. Seperti halnya kasus yang terjadi di Semarang, bahwa Batik Semarangan pertama kali muncul karena maraknya motif Batik Belanda. Merespon hal ini kemudian seorang pengusaha asal Semarang mengembangkan motif batik sendiri yang menjadi ciri khas Batik Semarang. Pada kasus perdagangan batik di Jawa Tengah, sebuah persaingan bisnis dapat melahirkan persaingan idèntitas. Bagaimanakah persaingan idèntitas dalam Perdagangan batik antara etnis Cina, Belanda, Arab, serta Jawa di Jawa Tengah? Penelitian ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan pendekatan ekonomi. Metode ini digunakan untuk membahas dinamika dan interaksi perdagangan batik yang terjadi di Jawa Tengah khususnya wilayah pesisir. Penelitian ini mengungkap bagaimana dinamika perdagangan yang terjadi di antara para pengusaha yang mewakili etnisnya masing-masing. Persaingan dagang memaksa para pengusaha batik untuk lebih kreatif menciptakan motif baru sesuai idèntitas kesukuannya. Wujud dari persaingan dagang tersebut dapat diperhatikan dalam beberapa motif-motif batik tradisional yang bercorak Arab, Cina, maupun Belanda.
CITATION STYLE
Rojak, M. F. A. (2023). Jaringan Perdagangan Batik di Pesisir Jawa Tengah 1840-1920. Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah, 7(1), 1–16. https://doi.org/10.15575/hm.v7i1.22869
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.