Latar belakang: Ikterus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan hiperbilirubin. Ikterus dapat terjadi pada saat bayi lahir dan setiap saat selama masa neonatus. Dampaknya apabila berlanjut berupa ketulian, gangguan bicara, retardasi mental serta kerusakan otak. Waktu penjepitan tali pusat berperan penting dalam menentukan kecukupan zat besi pada bayi baru lahir terutama saat proses transfusi plasenta. Tujuan penelitian : Diketahuinya pengaruh delay cord clamping terhadap kejadian ikterus neonatorum. Metode : Desain penelitian menggunakan Quasi Eksperimen dengan pendekatan posttest only. Perlakuan dilakukan pada 2 kelompok dengan penundaan 1 menit dan 2 menit masing-masing 17 sampel. Populasi seluruh bayi baru lahir di Puskesmas Bara-Baraya dan Puskesmas Pattingaloang pada tanggal 08 Juli- 24 September 2020. Jumlah sampel 34 bayi baru lahir yang diambil secara purposive sampling. Instrumen menggunakan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kesalahan ɑ = 0,05. Hasil : Hampir seluruhnya bayi dengan penundaan penjepitan tali pusat 2 menit tidak Ikterus 88,2%, ikterus fisiologis 11,8% dan tidak ada yang ikterus patologis. Dan persentase pada penundaan penjepitan tali pusat 1 menit ikterus patologis 35,3%, ikterus fisiologis 17,6% dan tidak ikterus 47,1%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh delay cord clamping terhadap kejadian ikterus neonatorum (p=0,008). Simpulan: Ada pengaruh delay cord clamping terhadap kejadian ikterus neonatorum.
CITATION STYLE
K., R. E., Simbung, R., Saleng, H., & Sudirman, J. (2020). Pengaruh delay cord clamping terhadap ikterus neonatorum. Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, 4(2), 49–53. https://doi.org/10.32536/jrki.v4i2.98
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.