Al Quran adalah kalam Allah yang dibawa Nabi SAW sebagai pedoman standart hidup yang benar. Ia diwahyukan secara langsung ke dalam hati Nabi untuk kemudian disampaikan dan dijelaskan (bayan) kepada umatnya sebagai tafsir terhadap wahyu yang diembannya. Sejak saat itu sebenarnya bentuk penafsiran sudah mulai ragam. Para sahabat sudah memulai menjadikan rasionya untuk memahami ayat (karena kebetulah al Quran satu bahasa dengan Bahasa mereka) sehingga tidak ada kesulitan bagi mereka untuk memahami Bahasa al Quran. Bahkan setelah Nabi wafat penafsiran dengan Bahasa Arab semakin kentara dilakukan. Sebagaimana ragam kisah persaksian para sahabat yang melakukan itu. ketika al-Quran adalah kitab yang menggunakan bahasa Arab, maka sudah semestinya kaidah bahasa Arab adalah T{ariqat (cara) untuk memahami maknanya, sebab tanpa menguasai kaidah-kaidah itu, kesalahan dan pemahaman yang buruk akan terjadi. Kaidah-kaidah tersebut termuat dalam tiga komponen penting ilmu Balaghah yaitu ilmu bayan, ilmu ma’ani dan ilmu badi’. Namun dua di antaranya yaitu Ilmu al-Bayan dan ilmu al-Ma’ani menjadi kunci penafsiran al-Qur’an, ia memiliki keterikatan secara khusus dengan ilmu tafsir. Karena dua ilmu tersebut dapat menjadi perantara untuk membuka beberapa hal dalam al-Qur’an: Pertama, nilai balaghah yang terdapat dalam al-Qur’an. Kedua, membuka rincian makna yang termuat dalam al-Qur’an. Ketiga, membuka nilai kemu’jizatan al-Qur’an.
CITATION STYLE
Haris, F. H. (2020). AL-ASIL: PENAFSIRAN AL QURAN DENGAN BAHASA ARAB. PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu Dan Hikmah, 4(2), 136–161. https://doi.org/10.51498/putih.v4i2.58
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.