Abstract: Located at the foot of Mount Merbabu, Dukuh Rejosari was bestowed with beautiful scenery, cool weather and fertile land for farming such as coffee, tea, corn and tobacco. Regrettably, these have yet been maximally utilized by the locals because of their busy work as laborers who depend on wages. This is compounded by the very strict working hours that leave workers no time to utilize the blessing as additional income. In dealing with this situation, breeding catfish using tarpaulin method is likely the most appropriate alternative solution for the locals to earn more income without having to leave their main job as factory workers. This is possible as the catfish cultivation using tarpaulin method is effortless and does not consume much time to manage it. Moreover, with the annual increase in demand for catfish consumption in the surrounding regions as well as competitive selling prices (ranging from IDR14,000 to IDR17,000 per kilogram) making tarpaulin cultivation of catfish solution for the locals in Dukuh Rejosari. The method used in this service was socialization by providing outreach and training from the catfish cultivation expert. The result shows that villagers are enlightened to have a new source of income in the midst of busyness working as laborers. Keywords: catfish cultivation; economic empowerment; dukuh rejosari Abstrak: Berlokasi di kaki gunung Merbabu, Dukuh Rejosari dianugerahi dengan pemandangan yang indah, cuaca yang sejuk, dan lahan yang subur untuk bercocok tanam seperti kopi, teh, jagung, dan tembakau. Namun hal belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para penduduk dikarenakan kesibukan mereka sebagai pekerja buruh harian yang bergantung pada upah pabrik. Hal ini diperparah dengan jam kerja yang sangat padat membuat para pekerja tidak memiliki waktu lebih untuk memanfaatkan lingkungan sebagai tambahan penghasilan. Dalam menghadapi situasi tersebut, pengembangbiakan ikan lele dengan menggunakan terpal merupakan solusi alternatif yang paling tepat guna memberi para penduduk penghasilan lebih tanpa harus meninggalkan pekerjaan utama mereka sebagai buruh pabrik. Hal ini dimungkinkan karena budidaya lele terpal sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak waktu untuk merawatnya. Juga, dengan peningkatan tahunan permintaan ikan lele konsumsi di daerah sekitar serta harga jual yang kompetitif (berkisar Rp. 14.000,- – Rp. 17.000,- per kilogram) menjadikan budidaya ternak lele terpal sebagai alternatif paling ideal untuk memberikan tambahan penghasilan kepada masyarakat Dukuh Rejosari. Metode yang digunakan adalah metode sosialisasi dengan memberikan pelatihan dari pembudidaya lele terpal berpengalaman. Hasil dari kegiatan ini yaitu masyarakat mendapatkan kesempatan untuk membentuk sumber pendapatan baru ditengah-tengah kesibukan bekerja sebagai buruh pabrik. Kata kunci: budidaya ikan lele; peningkatan ekonomi; dukuh rejosari
CITATION STYLE
Gunawan, Y., & Elven, T. M. A. (2020). BUDIDAYA LELE TERPAL SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN KESEJAHTERAAN BURUH PABRIK DI DUKUH REJOSARI. Jurdimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Royal, 3(2), 155–162. https://doi.org/10.33330/jurdimas.v3i2.664
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.