Latar belakang. Sindrom nefrotik (SN) merupakan kelainan ginjal tersering pada anak. Berdasarkan respon terhadap terapi, SN dibagi menjadi sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) dan sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS). Gambaran histopatologik merupakan baku emas untuk menentukan diagnosis, tetapi tidak selalu dapat dilakukan karena bersifat invasif.Tujuan. Mengetahui hubungan antara berbagai aspek klinis dan laboratorium, yaitu jenis kelamin, umur, berat badan lahir (BBL), hipertensi, kadar kolesterol serum dan albumin antara SNSS dan SNRS yang mendapat terapi steroid.Metode. Penelitian retrospektif analitik dilakukan pada pasien SNSS dan SNRS yang dirawat, dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011 di Divisi Nefrologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado. Data dikumpulkan dari data rekam medik, meliputi identitas, tekanan darah, kadar kolesterol serum, dan albumin. Analisis univariat dengan uji X2, pengujian hubungan berbagai variabel secara bersama-sama digunakan analisis regresi logistik.Hasil. Terdapat 45 anak dengan sindrom nefrotik yang diikutsertakan dan dibagi ke dalam dua kelompok, terdiri dari 30 anak dengan SNSS dan 15 anak dengan SNRS. Tidak didapatkan perbedaan pada jenis kelamin (p=1,000), umur onset (p=0,247), berat badan lahir (p=0,259), tekanan darah sistole (p=0,671), tekanan darah diastole (p=0,380), kadar kolesterol (p=0,529), kadar albumin (p=0,350) antara dua kelompok.Kesimpulan. Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin, umur, BBL, hipertensi, kolesterol dan albumin pada pasien SSNS dan SRNS yang mendapat steroid.
CITATION STYLE
Umboh, A. (2016). Hubungan Aspek Klinis dan Laboratorium pada Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid dan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid. Sari Pediatri, 15(3), 133. https://doi.org/10.14238/sp15.3.2013.133-6
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.