Latar Belakang: Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran napas dan ditandai dengan penurunan aliran udara yang persisten. Prevalensi di Indonesia mencapai 3,7% di tahun 2018. Pasien PPOK memiliki beberapa gejala, yaitu mengi, batuk, sesak napas serta produksi sputum yang bertambah yang disebabkan oleh obstruksi saluran napas.Penyakit ini dapat dicegah dan diobati, tetapi apabila disertai dengan seringnya eksaserbasi dan disertai komorbid maka kondisi pasien dapat memburuk.Metode yang digunakan adalah studi analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan November – Desember 2019 di RSUD Budhi Asih dengan cara consecutive non random sampling. Variabel yang diteliti adalah obstruksi saluran napas yang diukur menggunakan Peak Flow Meter dan sesak napas menggunakan kuesioner Modified Medical Research Council . Analisis univariat berupa distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Analisis bivariat untuk menilai koefisien korelasi dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji korelasi Pearson variabel usia dan sesak napas dengan obstruksi saluran napas, uji T-Independent jenis kelamin dengan obstruksi saluran napas dengan tingkat kemaknaan p<0.05Pada studi ini didapatkan korelasi negatif yang kuat (r=-0.838) dan bermakna (p=0.000) antara skala sesak napas dengan arus puncak ekspirasi pada pasien PPOK.Kesimpulan : semakin tinggi skala sesak napas maka semakin rendah nilai arus puncak ekspirasi yang didapat
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.
CITATION STYLE
Khairani, R., & Qalbiyah, S. (2022). KORELASI SESAK NAPAS DENGAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK. JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI, 7(1), 154–163. https://doi.org/10.25105/pdk.v7i1.12928